Monday, August 1, 2011

Vox Twitter Vox Dei


Bila pada tahun 2001, SMS sanggup menjadi alat komunikasi efektif untuk menggerakan revolusi rakyat di Philipina saat menggulingkan presiden Estrada maka di era jejaring sosial yang menjadi alatnya adalah Twitter dan Facebook. Lewat kedua media ini rakyat di Tunisia dan Mesir melakukan koordinasi, penyampaian informasi serta undangan demonstrasi untuk menggulingkan pemerintahan yang ada. Itulah kekuatan alat komunikasi di jaman internet. Setiap manusia dapat dengan bebas melakukan interaksi dan komunikasi di mana saja dan kapan saja. Setiap manusia dapat dengan bebas mengeluarkan pikiran atau pendapatnya masing-masing-masing. Setiap manusia dapat dengan bebas melakukan kritik sosial dan menggunakannya sebagai medium penggerak untuk melakukan aksi sosial.

Nah, dilain pihak, kekuatan Social Media ini justru menjadi kekhawatiran bagi beberapa penyelenggara pemerintahan. Mereka takut rakyatnya melakukan gerakan, kritik bahkan aksi sosial yang ditujukan pada pemerintah yang berkuasa. Maka, jangan heran heran bila pemerintah Cina melakukan penyensoran internet secara ketat. Mereka melarang penggunaan jejaring sosial, seperti: Facebook, Twitter, Youtube, di negaranya. Bahkan beberapa waktu lalu mereka melakukan banned terhadap kata Egypt (Mesir) di mesin pencari internetnya. Mungkin mereka ketakutan akan menyebarnya virus revolusi sosial Mesir di rakyat Cina.

Pemerintahan yang cerdas seharusnya lebih arif dalam melihat perkembangan teknologi ini. Ketakutan itu seharusnya tidak terjadi bila memang mereka memiliki niat baik untuk rakyatnya. Bahkan seharusnya, mereka dapat menggunakan jejaring sosial untuk merangkul, berkomunikasi atau mendekati rakyat yang dipimpinnya secara lebih akrab. Jejaring sosial dapat dipakai sebagai alat untuk memecahkan kebuntuan komunikasi politik antara petinggi Negara dan rakyatnya. Dan ini sudah dilakukan oleh beberapa pemimpin politik dan pemerintahan di Indonesia. Beberapa dari mereka cukup aktif berkomunikasi dan berinteraksi via Twitter. Ini adalah hal yang sangat baik. Dan perlu terus ditingkatkan. Baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Jika perlu, semua petinggi eksekutif, legislatif dan yudikatif di negeri ini memiliki Twitter atau Facebook. Dan mereka harus memiliki waktu khusus untuk berinteraksi atau menjawab segala keluhan, masukan atau kritik rakyatnya. Bila ini terjadi, pemerintah tak perlu khawatir lagi akan ada kejadian seperti di Tunisia atau Mesir. Karena pemerintah sudah mendengarkan dan menjalankan aspirasi rakyat yang dicurahkan via jejaring sosial. Ya, harus digaris bawahi, tak hanya mendengarkan tetapi harus dijalankan dengan maksimal. Tentu kita masih ingat adagium terkenal yg muncul pada Abad Pertengahan yaitu “Vox Populi Vox Dei” (Suara Rakyat adalah Tuhan)? Atau di era Social Media, kalimat itu bisa diganti dengan “Vox Twitter Vox Dei” (Suara Twitter adalah Suara Tuhan). Jadi tolong dengarkan suara rakyat. Jangan didiamkan atau bahkan diacuhkan. Kata orang Sunda, nantinya bisa pamali (baca: jika dilanggar maka akan menimbulkan bencana).Save Indonesia ahh!

No comments:

Post a Comment